Tanjung (Kemenag Tabalong) - Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Tabalong, H. Sahidul Bakhri, menekankan pentingnya pendidikan karakter sejak usia dini yang dimulai sejak jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) serta Raudhatul Athfal (RA) atau Taman Kanak-Kanak (TK).
Hal tersebut disampaikan Senin (28/04/25) di Aula Darul Rahim, saat Ka.Kankemenag memberikan arahan di Rapat Koordinasi yang dihadiri seluruh pejabat struktural dan fungsonal serta ASN dilingkup kantor Kemenag Tabalong usai digelarnya wiridan rutin.
Menurut H. Sahidul Bakhri, masa kanak-kanak adalah masa emas (golden age) dalam pembentukan kepribadian dan moral. Ia menyatakan bahwa anak-anak usia dini lebih mudah dibentuk, baik dari sisi sikap, perilaku, maupun kebiasaan sehari-hari.
“Oleh karena itu, pendidikan karakter di jenjang RA harus dirancang secara sistematis dan terintegrasi dengan kegiatan belajar,” ucapnya,.
“Untuk itu saya berharap Pengawas Madrasah dan Kasi Pendidikan Madrasah, bisa mengawal hal ini, agar pendidikan karakter diusia emas khususnya di RA dipastikan telah menanamkan pendidikan karakter,” tambahnya.
Beliau menyoroti bahwa pendidikan karakter bukan hanya soal menghafal nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, atau kedisiplinan, tetapi juga soal penerapan nilai-nilai tersebut dalam keseharian anak. "Kita harus menanamkan nilai akhlak mulia sejak dini, agar kelak mereka tumbuh menjadi generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berintegritas," ujar Sahidul Bakhri.
Dalam paparannya, Kepala Kemenag Tabalong juga membandingkan sistem pendidikan karakter di Indonesia dengan Jepang. Di Jepang, pendidikan karakter telah menjadi bagian inti dari kurikulum nasional, bahkan sejak usia dini. Nilai-nilai seperti kerja sama, rasa hormat, kedisiplinan, dan rasa tanggung jawab sudah diajarkan di PAUD dan TK tanpa tekanan akademik berlebih.
Sahidul Bakhri mengungkapkan bahwa di Jepang, tahun-tahun awal sekolah anak-anak lebih difokuskan pada penguatan karakter dan etika sosial dibandingkan dengan pencapaian akademik.
“Anak-anak Jepang dibiasakan untuk memiliki sikap mandiri, membersihkan kelas, bertanggung jawab atas tugas kelompok, serta berperilaku sopan terhadap teman dan guru. Hal ini membuat karakter positif menjadi kebiasaan sehari-hari yang melekat kuat,” jelasnya.
Melihat keberhasilan Jepang, Sahidul Bakhri mendorong satuan pendidikan di Tabalong untuk mengadopsi pendekatan serupa. Ia berharap RA di Tabalong dapat memberikan ruang lebih besar pada pendidikan karakter, bukan hanya mengejar kemampuan baca, tulis, dan hitung semata. "Kita harus membentuk karakter anak sejak awal, bukan sekadar membentuk anak yang pintar," tegasnya.
Kepala Kemenag Tabalong juga menaruh harapan besar kepada seluruh guru RA agar memahami dan menerapkan konsep ini dalam setiap proses pembelajaran.
“Setiap guru harus mengutamakan pendidikan karakter dalam mendidik anak didik mereka, sehingga nilai-nilai akhlak dan moral benar-benar tertanam kuat sejak dini,” tuturnya.
Selain itu, beliau juga mengingatkan pentingnya kolaborasi antara lembaga pendidikan dan orang tua dalam pembentukan karakter anak. "Pendidikan karakter tidak hanya tugas guru, tapi juga keluarga. Anak harus mendapat contoh nyata baik di sekolah maupun di rumah," tambah Sahidul Bakhri.
“Membangun generasi berakhlak mulia adalah investasi jangka panjang bagi kemajuan bangsa,” tandasnya. (Rep:Sry/Ft:Mukhlis)